Kamis, 13 September 2018

MEMBANGKITKAN KUNDALINI

MEMBANGKITKAN KUNDALINI






I. Teknik Kuno

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, praktisi yoga terdiri atas berbagai aliran. Sebagian besar aliran mempercayai bahwa Kundalini adalah syarat mutlak untuk mencapai penerangan. Karena itu, sudah tentu aliran-aliran ini mempunyai teknik-teknik untuk membangkitkan Kundalini.

Pada umumnya, aliran-aliran ini mempergunakan teknik yang cukup beraneka ragam. Teknik yang dipergunakan antara lain: postur-postur tubuh khusus, pernafasan, mantera, gabungan dari beberapa teknik ini, dan sebagainya. Teknik-teknik seperti ini dapat juga disebut sebagai teknik konvensional. Di masa lalu, kebanyakan peserta yoga membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam mempergunakan tekniknya masing-masing sebelum Kundalini mereka bangkit.

Di zaman yang serba seketika ini, beberapa teknik untuk membangkitkan Kundalini secara seketika pun telah tersedia. Tetapi, untuk memperlengkap informasi, perlu ditinjau sekilas beberapa teknik pernafasan kuno yang dipergunakan untuk membangkitkan Kundalini.

Dalam yoga, secara teknis Kundalini dapat bangkit oleh tiga faktor, yaitu:
1. Dengan memadukan kekuatanprana dan apana. Prang adalah tenaga eterik yang diasosiasikan dengan inspirasi dan perasaan yang berpusat di jantung. Sedangkan apana adalah tenaga penciptaan yang lebih rendah yang berpusat di alat reproduksi. Dengan memadukan kedua jenis tenaga yang berbeda ini, akan timbul percikan yang dapat membangkitkan Kundalini dari tempatnya.
2. Kundalini dapat juga dibangkitkan melalui penyatuan tenaga yang ada dalam nadi Ida dan Pingala. Tenaga yang ada dalam nadi di sebelah kiri (Ida) sebagai tenaga dingin dan yang berada dalam nadi sebelah kanan (Pingala) sebagai tenaga panas harus disatukan ke dalam jalur utama (sushumna) di dalam tulang punggung. Simpul yang mengikat Kundalini akan mengendur, sehingga tenaga Kundalini dapat bangkit.
3. Persatuan dari dua tetesan (bindu) rajas dan retas dapat juga membangkitkan Kundalini. Rajas adalah sari manusia yang biasa terdapat dalam tan-tien yang merupakan pusat tenaga dua jari di bawah pusar, yang dalam aliran Tantra Budha disebut juga sebagai Bodhicita merah. Retas atau shukra adalah sari manusia yang terdapat di puncak kepala, yang dalam aliran Tantra Budha disebut juga sebagai Bodhicita putih. Rajas diasosiasikan juga sebagai tenaga panas dan dikaitkan dengan matahari. Sementara Retas adalah tenaga dingin yang dikaitkan dengan bulan. Penyatuan dari dua tenaga yang berlawanan inilah yang dibawa ke Kundalini yang sedang tidur untuk membangkitkannya.

Dalam kebanyakan buku kuno yoga, ada dua teknik pernafasan yang paling menonjol untuk menyatukan prana dan apana, yaitu:
• pernafasan Jambangan
• bandha traya (tiga kunci)


I. I. Pernafasan Jambangan

Pernafasan Jambangan yang disebut juga kumbhaka dalam bahasa Sansekerta, atau rlung bumpacan dalam bahasa Tibet adalah teknik di mana apana yang berada dalam alat reproduksi ditarik ke atas ke dalam tan-tien. Tan-tien ini berada dua jari di bawah pusar dan oleh berbagai aliran bela diri dikenal sebagai pusat penyimpanan tenaga dalam.

Penarikan dilakukan dengan menarik nafas dalam-dalam dan menekankannya ke bawah, ke perut, sementara seluruh otot di sekitar alat kelamin dan anus ditarik dengan kuat ke atas. Teknik penarikan apana ke atas ini biasa juga disebut dengan teknik mula-bandha yang berarti juga penguncian akar. Sambil menahan nafas, prana ditarik ke bawah dari jantung ke dalam tan-tien. Dengan menelan ludah sambil memberikan tekanan tambahan ke bagian bawah, penyatuan kedua tenaga ini dapat dilakukan dengan lebih mudah. Setelah penyatuan terjadi, tenaga prana dan apana yang telah bercampur ditekan lebih ke bawah lagi di mana Kundalini tidur, yaitu di antara alat reproduksi dan anus (Gambar 5). Seluruh proses di atas ini dilakukan hanya dengan sekali menarik dan menahan nafas. Setelahnya, otot-otot dikendurkan secara perlahan-lahan.


Gambar 5: Pusat Kundalini

Dalam melakukan teknik ini harus diingat bahwa hasil tidak dapat dicapai dalam sekali latihan. Oleh sebab itu, lamanya penahanan nafas dan penguncian otot harus dilakukan secara bertahap.

Pada latihan-latihan pertama, biasanya keseluruhan siklus yang diinginkan tidak dapat diselesaikan dalam sekali menarik dan menahan nafas. Setelah melalui latihan yang cukup, keseluruhan siklus akan dapat dilakukan dalam sekali menarik dan menahan nafas. Tetapi, tenaga Kundalini tidak dapat bangkit hanya dengan melakukan siklus yang lengkap satu kali saja. Biasanya dibutuhkan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk membangkit- kan Kundalini dengan teknik ini.

Teknik ini biasa dilakukan sambil duduk bersih dengan kedua tangan di sisi, sehingga postur tubuh terlihat seperti jambangan. Oleh sebab itu teknik ini biasa disebut juga sebagai teknik pernafasan jambangan.


1.2. Bandha Traya (Tiga Kunci)

Teknik ini juga merupakan salah satu teknik pernafasan untuk menyatukan prana dan apana. Teknik ini juga disebut sebagai teknik tiga kunci, karena mempergunakan tiga tahap penguncian. Penguncian pertama disebut juga mula bandha atau penguncian awal yang dipergunakan untuk menarik apana ke atas. Dengan teknik ini, otot di sekitar alat kelamin dan anus ditarik ke atas dan ditahan bersamaan dengan ditariknya apana ke atas. Penguncian kedua disebut uddiyana yang berarti juga melayang ke atas, di mana nafas dihembuskan ke luar sambil menekan abdomen (perut) ke arah belakang. Dengan demikian, apana yang berada di perut bagian bawah tertarik keatas ke dalam tan-tien. Penguncian terakhir adalah jalandhara bandha, di mana kepala ditarik ke belakang sedikit, lalu ditekuk ke depan sampai dagu menyentuh dada. Dengan demikian kepala berlaku seperti sebuah pompa yang memompakan prana yang berada dalam jantung ke bawah ke dalam tan-tien. Setelah prana masuk ke dalam tan-tien dan menyatu dengan apana, maka campuran ini langsung ditekan ke bawah ke tempat bersemayamnya Kundalini di antara alat reproduksi dan anus untuk membangkitkan Kundalini.

Walaupun kedua teknik sama-sama bertujuan menyatukan prana dan apana untuk membangkitkan Kundalini yang tertidur, teknik tiga kunci mempergunakan lebih banyak tekanan otot daripada teknik pernafasan Jambangan. Tetapi, karena teknik-teknik kuno ini dibahas hanya sebagai Masan sekilas saja, maka kedua teknik yang telah dibahas maupun teknik-teknik lainnya tidak diuraikan lebih jauh lagi.


2. Teknik Baru

Bagi praktisi spiritual dunia, Kundalini dianggap sebagai sebuah tiang utama. Oleh sebab itu, masih cukup banyak orang-orang yang berlatih teknik-teknik Kundalini konvensional seperti aliran Kundalini yoga, dan sebagainya. Berbagai aliran Yoga yang tidak mempergunakan nama Kundalinipun sebenarnya sangat menitik beratkan pada kebangkitan Kundalini untuk dapat mencapai tujuan dari perjalanan spiritual mereka, seperti aliran Kriya yoga dan sebagainya.

Tetapi, oleh karena saat ini adalah zaman kebangkitan spiritual, maka membangkitkan Kundalini juga menjadi lebih mudah.

Di zaman kebangkitan spiritual ini, Kundalini dapat dibangkitkan melalui proses pemindahan tenaga (shaktipat) dari seorang guru, yang dapat membangkitkan Kundalini para muridnya secara seketika. Oleh sebab itu minas untuk membangkitkan dan berlatih Kundalini melonjak sangat tajam. Betapa tidak?. Tanpa adanya proses yang mudah untuk membangkitkan Kundalini, sebenarnya cukup banyak orang yang tertarik dengan cerita Kundalini dan manfaatnya.

Tetapi, mendengar apa yang harus dilalui (tan dikorbankan untuk dapat membangkitkan Kundalini mereka, yaitu dengan latihan yang berat selama bertahuntahun, banyak yang mundur. Dengan adanya proses yang mudah ini, orang-orang yang tadinya tertarik, tetapi tidak dapat melakukan dengan teknik konvensional sekarang juga dapat membangkitkan dan melatih Kundalini mereka.

Setelah berhasil atau setidaknya merasa berhasil, mereka bercerita kepada teman-temannya dan mengajak pula teman-teman mereka untuk ikut membangkitkan dan melatih Kundalini.

Teknik shaktipat ini sendiri berbeda-beda tergantung dari alirannya masing-masing. Beberapa jenis shaktipat mengharuskan seorang murid yang ingin dibangkitkan Kundalininya untuk mengikuti sebuah ritual khusus yang cukup panjang, sementara ada juga shaktipat yang dapat membantu seorang murid untuk membangkitkan Kundalini dengan cara yang sangat mudah dalam hitungan menit saja.

Beberapa aliran malahan menyatakan bahwa hanya dengan mempergunakan foto guru besarnya saja, seseorang dapat meminta untuk dibangkitkan Kundalininya. {Informasi mengenai berbagai teknik shaktipat ini ditulis berdasarkan pengetahuan dan pendapat para praktisi Kundalini dunia. Untuk komentar dari penulis sendiri, harap membaca BAB XII KUNDALINI DARI SUDUT HATI NURANI}.

Aliran-aliran yang menawarkan teknik shaktipat ini sangatlah banyak. Sesuai dengan keadaan saat ini, untuk mempermudah, penulis akan membagi aliran-aliran ini kedalam dua kelompok, yaitu aliran yang memfokuskan diri pada Kundalini dan aliran yang menggabungkan Kundalini dengan latihan lainnya.


2.1. Shaktipat dari Aliran yang Mengkhususkan Diri
Untuk Kundalini

Beberapa aliran mengkhususkan diri untuk melatih Kundalini. Sudah tentu latihan-latihan Kundalini secara otomatis mencakup juga latihan-latihan pembersihan berbagai bagian tubuh non fisik, seperti cakra, sushumna dan sebagainya. Biasanya aliran-aliran ini juga menekankan pentingnya meditasi. Sebagian aliran ini mementingkan juga kekuatan-kekuatan non psikis sementara sebagian lagi lebih mengarah ke peningkatan spiritual yang lebih tinggi.
Untuk membangkitkan Kundalini peserta baru, aliran-aliran seperti ini biasanya menawarkan beberapa cara, seperti:
• Melalui foto guru yang dibagikan oleh murid-muridnya maupun di internet.
• Massal saat sang guru memberi ceramah
• Perorangan melalui jarak jauh ataupun langsung.

Orang-orang yang peka dapat merasakan berbagai sensasi sesuai yang diuraikan dan berlatih teknik-teknik yang diberikan dengan cukup antusias.


2.2. Shaktipat dari Aliran yang Menggabungkan Kundalini
Dengan Latihan Lain

Mayoritas dari aliran ini adalah aliran-aliran yang menggabungkan Kundalini dengan Reiki. Di Indonesia saja mungkin ada puluhan aliran yang dapat kita masukkan ke dalam kelompok ini. Biasanya dikatakan bahwa shaktipat Kundalini adalah bagian dari attunement (pembukaan cakra dan saluran energi) Reiki [baca buku REIKI TUMMO yang ditulis oleh penulis untuk informasi lebih lengkap mengenai Reiki, attunement Reiki, maupun shaktipat Kundalini dengan attunement Reiki]

Anda harus cukup hati-hati dan selektif dalam memilih cara untuk membangkitkan Kundalini balk yang termasuk kedalam kelompok pertama maupun yang kedua. Belajar spiritual tidaklah sama dengan membeli makanan, yaitu anda dapat membeli sebanyak yang anda suka, lalu membuang atau memberikan yang anda kurang sukai kepada orang lain dan hanya menikmati yang anda sukai saja. Berlatih ataupun hanya mencoba sebuah teknik spiritual biasanya memberikan pengaruh yang mungkin saja balk ataupun jelek tergantung kepada beberapa hal, seperti:

• punya atau tidaknya wewenang seseorang untuk membuka cakra/saluran energi orang lain apalagi untuk membangkitkan Kundalini
• tujuan pelajaran apakah benar-benar untuk peningkatan spiritual (pendekatan diri kepada Tuhan) ataukah untuk mencari kesaktian dan kekuatan belaka
• dan sebagainya

Apabila anda mencoba sebuah teknik yang dikatakan dapat membangkitkan Kundalini dan merasakan sesuatu di tulang belakang, bagian bawah tubuh ataupun cakra mahkota anda, ini bukanlah berarti Kundalini anda telah bangkit dan energinya telah mengalir. Ini hanya berarti bahwa bagian tubuh tersebut menerima lebih banyak energi dari sebelumnya. Padahal, proses pemberian/penyaluran energi dapat dilakukan oleh hampir semua orang yang belajar penyaluran energi. Cara terbaik untuk mengetahui bangkit atau tidaknya Kundalini anda hanyalah dengan mengandalkan Hati Nurani. Uraian lebih jelas diberikan dalam BAB XII KUNDALINI DARI SUDUT HATI NURANI.


3. Perbedaan Kebangkitan Awal Kundalini

Kebangkitan awal Kundalini sangatlah penting dan berpengaruh pada keseluruhan proses Kundalini selanjutnya. Secara garis besar, kebangkitan awal Kundalini dapat dibagi atas 2 kelompok, yaitu kebangkitan awal dari Kundalini yang dibangkitkan secara konvensional maupun yang dibangkitkan dengan Shaktipat.

Dalam teknik kuno, pada umumnya kebangkitan Kundalini hanyalah memecahkan kulit/selubung Kundalini yang juga menyebabkan terbukanya akar/simpul cakra dasar yang merupakan simpul cakra terbesar, oleh karena simpul ini terletak sangat dekat dengan pusat Kundalini. Dengan pecahnya selubung Kundalini ini, gulungan-gulungan Kundalini dapat membuka dan melepaskan energi dalam jumlah yang besar terns menerus. Pada mulanya energi Kundalini dapat mengalir masuk ke sushumna karena telah terbukanya simpul cakra dasar. Tetapi, biasanya tekanan yang ada tidak cukup besar untuk membuka simpul cakra sex yang terletak lebih jauh dari pusat Kundalini. Jadi, energi Kundalini yang membuka terns menerus akan mengalir ke berbagai arah, menimbulkan tekanan yang besar dan mungkin memberikan berbagai masalah kepada yang bersangkutan.

Walaupun energi Kundalini yang sangat besar selalu ada, masih dibutuhkan waktu yang panjang dan berbagai latihan dalam proses pembersihan pembersihan agar tenaga ini dapat mengarah dengan baik ke simpul cakra sex dan membuka simpul cakra tersebut. Biasanya dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk dapat membuka sebuah simpul cakra.

Setelah simpul cakra sex terbuka, praktisi masih harus membuka berbagai simpul cakra lainnya yang terdapat disepanjang sushumna sampai akhirnya dapat membuka simpul cakra mahkota agar energi Kundalini yang mengalir dapat dikeluarkan dari tubuh tanpa menimbulkan tekanan yang berlebihan.

Proses keseluruhan untuk membuka seluruh simpul-simpul cakra saja mungkin membutuhkan waktu sampai belasan atau puluhan tahun, karena setiap simpul cakra membutuhkan waktu yang panjang, khususnya 2 simpul besar yang terdapat pada cakra jantung dan cakra ajna.

Terbukanya semua simpul cakra bukanlah berarti proses Kundalini telah selesai. Jalur yang terbentuk di dalam jalur sushumna masih kecil dan kotoran yang ada pada tubuh sangatlah banyak. Saat kotoran-kotoran diseret keluar melalui jalur sushumna, kotoran mungkin saja menumpuk pada jalur sushumna dan menghambat aliran apabila latihan-latihan tidak dilakukan dengan baik.

Kebangkitan Kundalini dengan cara shaktipat pada umumnya jauh lebih mudah. Oleh karena banyaknya jenis shaktipat, ada baiknya kebangkitan Kundalini dengan cara shaktipat ini kita bagi lagi kedalam 3 kelompok, yaitu:
• yang membuka seluruh jalur ida saja
• yang membuka sebagian jalur sushumna saja
• yang membuka seluruh jalur sushumna

Ada aliran yang membangkitkan Kundalini dengan membuka seluruh jalur ida saja. Dari satu sisi, kebangkitan Kundalini dengan cara ini sangatlah bagus. Oleh karena seluruh jalur ida telah terbuka, energi Kundalini dapat dikeluarkan dengan mudah melalui jalur ida sampai keluar dari cakra mahkota. Tetapi, terbukanya seluruh jalur ida tidaklah membantu pembukaan jalur sushumna. Padahal, salah satu fungsi utama membangkitkan Kundalini adalah untuk membersihkan dan mengembangkan cakra-cakra utama yang terdapat di sepanjang jalur sushumna. Jadi, walaupun shaktipat yang membangkitkan Kundalini dengan membuka jalur ida ini memberikan beberapa keuntungan, praktisi masih harus berlatih dalam jangka waktu yang sangat panjang untuk membersihkan dan membuka Jalur sushumna dan cakra-cakra utama yang terdapat di sepanjang jalur sushumna tersebut.

Beberapa aliran membangkitkan Kundalini dengan membuka sebagian jalur sushumna. Ada yang membuka beberapa simpul cakra lagi sebagai tambahan dari simpul cakra dasar. Tentu saja hal ini sangat menguntungkan bagi praktisi karena tidak saja Kundalini praktisi dibangkitkan secara seketika, beberapa simpul cakra juga terbuka secara seketika. Walaupun belum seluruh proses lengkap, setidaknya praktisi memperoleh hasil yang biasanya membutuhkan waktu-beberapa sampai belasan tahun. Tetapi, perlu diingat bahwa oleh karena belum seluruh jalur sushumna terbuka, Kundalini masih mungkin menimbulkan berbagai masalah seperti halnya masalah yang ditimbulkan dengan membangkitkan Kundalini secara konvensional.

Kelompok ketiga adalah yang membangkitkan Kundalini dengan membuka seluruh jalur sushumna. Dapat dikatakan shaktipat yang seperti ini adalah yang terbaik. Tidak saja Kundalini seseorang dibangkitkan secara seketika, tetapi juga seluruh sushumna dibuka, seluruh simpul cakra yang berada di sepanjang sushumna dibuka. Seorang praktisi mencapai sebuah hasil yang biasanya membutuhkan waktu belasan sampai dengan puluhan tahun. Dengan shaktipat seperti ini, seorang praktisi juga tidak perlu merasa kuatir akan Kundalininya. Energi Kundalini yang terbuka dari gulungan dengan mudah akan dapat mengalir sepanjang sushumna untuk dikeluarkan melalui cakra mahkota.

Oleh karena sushumna juga adalah jalur energi utama, dengan terbukanya seluruh jalur sushumna membuka seluruh jalur ida maupun pingala dapat dilakukan dalam bilangan menit saja. Memang jalur sushumnalah kuncinya.

Attunement Reiki TUMMO dari yayasan Padmajaya adalah termasuk kedalam shaktipat kelompok ketiga ini. Tidak saja attunement Reiki TUMMO membersihkan dan membuka cakra-cakra seseorang untuk dapat menyalurkan energi Reiki, Kundalini juga dibangkitkan secara seketika.

Pada tingkat pertama, seluruh sushumna akan dibuka secara seketika dan Kundalini di aktifkan sebagai persiapan untuk dibangkitkan. Sebuah proses yang biasanya membutuhkan waktu belasan sampai puluhan tahun dapat dicapai dalam 1 (satu) hari saja.

Pada attunement tingkat kedua dari Reiki TUMMO, sushumna akan dibersihkan lebih lanjut sehingga jalur sushumna akan menjadi lebih lebar lagi, baru kemudian Kundalini dibangkitkan. Oleh sebab itu, energi Kundalini akan dapat mengalir keluar sepanjang sushumna dengan mudah dan menyembur keluar dari cakra mahkota secara terus menerus.


4. Tanda Bangkitnya Kundalini

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, akhir-akhir ini banyak orang yang Kundalininya bangkit secara spontan tanpa diketahui oleh orang yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh pergeseran rata surya yang mendekati pusat galaksi. Orang-orang ini berpikir bahwa mereka mengalami gangguan kesehatan ataupun gangguan mental. Pembersihan yang dilakukan oleh tenaga Kundalini yang telah bangkit terjadi pada anggota tubuh yang berlainan secara acak, sehingga mungkin menimbulkan berbagai gejala yang menyerupai gangguan kesehatan ataupun gangguan mental. Dengan mengetahui secara jelas, seluruh gejala yang ditimbulkan setelah bangkitnya Kundalini, seseorang dengan mudah dapat mengetahui secara pasti bahwa seluruh gejala aneh yang dihadapinya disebabkan oleh kebangkitan Kundalini.

Berikut adalah gejala-gejala yang biasa dirasakan setelah Kundalini bangkit:
• Masalah otot, kram, dsb.
• Pergerakan energi atau getaran di berbagai anggota tubuh.
• Gatal, getaran, panas, dingin, ataupun panas-dingin di anggota tubuh tertentu.
• Panas atau dingin yang amat tinggi di tulang punggung.
• Tekanan di tulang punggung, tulang leher, atau kepala .
• Tubuh bergerak sendiri, khususnya sewaktu meditasi, istirahat atau tidur.
• Jadwal makan dan tidur yang terganggu.
• Hiper aktif
• Keinginan seks yang amat berlebihan ataupun amat kurang.
• Masalah pencernaan.
• Sakit di dada bagian kiri, kanan ataupun tengah.
• Kekakuan atau sakit pada urat-urat kaki.
• Emosi yang tidak stabil.
• Bersuara atau tertawa secara mendadak.
• Bunyi melengking atau hampa di telinga.
• Sulit berkonsentrasi.
• Perasaan panas-dingin-meleleh, ataupun berdenyut-denyut di cakra mahkota.
• Daya ingat kadangkala menghilang.
• Kemampuan psikis secara mendadak, seperti kemampuan melihat atau mendengar tanpa batasan, mengingat kehidupan yang lalu, perjalanan astral, kemampuan penyembuhan, dan sebagainya.
• Kreativitas mendadak di mana muncul hobi baru dalam musik, seni, puisi dan hal lainnya yang bersifat kreatif.
• Pengertian yang lebih mendalam terhadap spiritualitas.
• Sering flu atau demam selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Selama pembersihan itu, penulis mengalami gangguan berkenaan dengan ritme makan. Selama tahun 1991-1994 ketika tenaga Kundalini melakukan pembersihan secara aktif pada penulis, penulis selalu merasa lapar dan harus makan hampir setiap 2 jam sekali. Apabila penulis berusaha menahan rasa lapar, kadang-kadang tubuh penulis akan bergetar karena amat laparnya. Walaupun penulis makan amat banyak setiap harinya, penulis tidak menjadi gemuk. Ketika penulis mencoba untuk mengurangi makan kurang dari 5 piring sehari, dalam dua atau tiga hari saja penulis akan merasa sakit. Pembakaran yang terus-menerus mengakibatkan dibutuhkannya lebih banyak energi.

Setelah mengetahui bahwa semua gejala ini sebenarnya disebabkan oleh tenaga Kundalini dan adalah hal yang biasa dalam pembersihan Kundalini, maka pembaca tidak perlu merasa khawatir. Sebaliknya, pembaca harus merasa senang, karena Kundalini pembaca telah bangkit dengan mudah. Kebangkitan Kundalini sebagai sesuatu yang diidamkan oleh banyak orang yang melatih yoga telah diperoleh.

Tetapi, apabila pembaca merasa bahwa dengan memeriksakan diri ke seorang dokter akan dapat menjadi lebih tenang, sebaiknya pembaca melakukan hal tersebut. Yang paling penting adalah untuk tetap tenang dan tidak merasa khawatir, sampai pembaca benar-benar merasa pasti bahwa segala keanehan yang selama ini dihadapi hanyalah akibat pembersihan oleh tenaga Kundalini. Rasa khawatir hanya akan membuat proses pembersihan berjalan lebih lambat dan sulit.
Khusus untuk aliran Sahaja Yoga, gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak berlaku. Pada aliran Sahaja Yoga yang mengutamakan kenaikan tenaga dari jalur dingin, yang dirasakan oleh hampir semua murid hanyalah rasa sejuk. Bagi yang kurang sensitif, perasaan ini hanya dapat dideteksi di cakra mahkota saja.


5. Penyebab Masalah Kundalini

Gejala-gejala yang ditimbulkan saat pembersihan oleh tenaga Kundalini biasa juga disebut sebagai Gejala Kundalini (Kundalini Syndhrome). Bagi seseorang yang mengetahui proses pembersihan Kundalini dengan balk, timbulnya seluruh gejala ini adalah hal yang wajar.


Tenaga Kundalini mempunyai dua sifat, yaitu panas dalam jalur kanan (pingala) dan dingin dalam jalur kiri (ida). Setelah bangkit, sebagian besar tenaga Kundalini akan merambat naik melalui jalur utama (sushumna) dan sebagian lagi melalui ida dan pingala, di mans tenaga melalui jalur ida dan pingala harus seimbang.

Kundalini adalah energi yang amat besar. Dengan bangkitnya Kundalini, cakra dasar akan dibanjiri oleh energi tambahan dalam jumlah yang besar. Karena cakra dasar adalah pusat energi untuk tubuh fisik, penambahan tenaga pada cakra dasar ini membuat seseorang menjadi hiper aktif.


Menaiki sushumna di dalam tulang punggung, Kundalini akan tiba di cakra seks. Tenaga Kundalini yang amat besar dalam jalur sushumna yang kecil menimbulkan tekanan dan panas. Pembakaran oleh tenaga Kundalini pada jalur yang masih kotor ini biasa dirasakan seperti pergerakan gelembung-gelembung kecil.

Apabila Kundalini amat aktif, isi sushumna dipanaskan hingga menjadi seperti bubur mendidih. Gejala ini biasa berlangsung selama cakra seks belum dilewati. Dalam tahapan ini hingga sebelum Kundalini melewati cakra pusar, keinginan seks biasanya akan berlipat ganda, karena tenaga Kundalini memberikan banyak tenaga tambahan pada cakra seks.
Setelah cakra seks dilewati, Kundalini dapat bergerak dengan lebih leluasa di mana sebagian kecil tenaga akan mulai melakukan pembersihan pada tubuh di luar tulang punggung.

Apabila jalur sushumna pada tulang punggung di atas cakra seks mulai terbuka sedikit, tenaga Kundalini akan mulai melakukan pembersihan pada tubuh bagian atas. Panas, dingin, atau tekanan mungkin dirasakan pada berbagai bagian tubuh. Apabila latihan-latihan untuk membantu Kundalini dalam pembersihan tidak dilakukan dengan benar, maka panas dan tekanan oleh Kundalini dapat mengganggu kesehatan.

Pembakaran menyebabkan penggunaan energi yang lebih besar, sehingga orang yang bersangkutan mungkin harus makan lebih banyak atau lebih Bering. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran juga dapat menimbulkan kesulitan tidur. Sementara itu, hambatan-hambatan oleh energi negatif di berbagai bagian tubuh dapat mengakibatkan demam dan flu yang berkepanjangan.

Cakra pusar berfungsi sebagai pusat dari tubuh emosi. Saat Kundalini mencapai cakra pusar, energi Kundalini memberikan tekanan yang lebih besar pada emosi. Pada tahap ini seseorang menjadi mudah terpengaruh emosinya.
Penggunaan obat-obat pengurang stres akan memperjelek keadaan, karena obat-obatan ini dapat menimbulkan hambatan-hambatan pada berbagai bagian tubuh.

Melewati cakra pusar, Kundalini akan mencapai cakra jantung. Saat cakra jantung dibersihkan dan simpul besar kedua di akar cakra jantung mulai terbuka, lebih banyak lagi tenaga yang akan mengalir ke leher dan kepala. Tanpa latihan pembersihan yang cukup, akan amat banyak tekanan yang mencapai leher dan kepala. Energi yang belum dapat dikeluarkan melalui cakra mahkota bertumpuk di tubuh bagian atas menimbulkan konsentrasi energi yang memberikan tekanan yang tinggi di leher dan kepala. Orang yang bersangkutan dianjurkan untuk mulai menceritakan kepada orang-orang yang dekat sedikit mengenai Kundalini dan apa yang sedang dihadapinya. Tekanan yang ada di kepala memberikan stres yang cukup besar. Tambahan tekanan emosi dari luar akan memperjelek keadaan! Kendati demikian, dengan mempelajari tulisan ini dan melakukan latihan-latihan yang diuraikan, masalah-masalah yang disebutkan dapat diminimalkan. Sekiranya sebuah masalah timbul, pembaca akan dapat mengatasinya dengan mudah. Seluruh teknik yang diuraikan di sini telah dicoba dan merupakan teknik yang amat mudah dan efektif Penulis berharap agar pembaca tidak sampai menghadapi masalah apa pun dengan Kundalini pembaca.

Pada tahap ini, tenaga Kundalini di tengah tulang punggung yang selama ini dirasakan sebagai tekanan semata perlahan-lahan berubah menjadi cairan kental. Tenaga Kundalini dirasakan seperti air raksa yang merambat perlahan ke atas. Saat Kundalini memasuki cakra jantung, orang-orang yang peka akan merasakannya seperti cairan kental yang sejuk di tengah dada. Cairan ini menyebabkan cakra jantung membuka dan bersinar dan berlangsung selama beberapa puluh menit sampai beberapa hari.

Setelah melewati cakra jantung, tenaga. Kundalini berikutnya akan membersihkan cakra tenggorokan. Apabila masalah ataupun sumbatan pada cakra tenggorokan ini cukup berat, Kundalini mungkin akan melewati cakra tenggorokan. Yaitu, secepat Kundalini dapat membuat Jalur kecil untuk melewati cakra tenggorokan, Kundalini akan mulai membersihkan cakra mata ketiga. Masalah pada cakra tenggorokan ini amat banyak ditemukan pada pria. Cakra tenggorokan adalah cakra pusat komunikasi, dan pria cenderung untuk mendominasi hubungan sehingga menyebabkan masalah pada cakra tenggorokan. Sedangkan kebanyakan wanita mendapat banyak masalah dengan cakra jantung mereka.

Saat cakra tenggorokan mulai bersih, berbagai bunyi yang mungkin menyerupai dengungan lebah, lengkingan, gemuruh air terjun, dan sebagainya Bering didengar. Setelah cakra tenggorokan benar-benar bersih, maka seseorang akan mampu mendengar suara-suara dari dimensi lain (clairaudience).

Cakra mata ketiga merupakan salah satu cakra yang sulit untuk dibersihkan. Akar cakra mata ketiga terletak di tengah kepala, di mans jalur ida dan pingala bersilangan membentuk sebuah simpul besar sebelum berbelok ke arah yang berlawanan. Setelah pembersihan mencapai suatu tahap tertentu, mata eterik akan mulai berfungsi sehingga orang yang bersangkutan akan mulai mampu melihat energi eterik. Setelah mata ketiga benar-benar bersih, penglihatan ke dimensi lain pun dimungkinkan (clairvoyant/pewaskita).

Dalam tahap inilah seseorang biasanya mulai mampu mencapai semedhi yang sesungguhnya saat bermeditasi. Meditasi yang benar akan mendorong Kundalini untuk mengaktifkan kelenjar pineal dan mencapai cakra mahkota. Aktifnya kelenjar pineal akan memperlambat metabolisms, menurunkan suhu, dan menurunkan kecepatan bernafas. Sementara itu, Kundalini yang mencapai cakra mahkota akan membuka cakra mahkota sehingga memungkinkan kekuatan Ilahi untuk memasuki tubuh. Tubuh yang tengah dipengaruhi oleh hormon-hormon dari kelenjar pineal akan dapat menyerap banyak kekuatan Ilahi yang masuk ini.

Melewati cakra mata ketiga, tenaga Kundalini akan mulai membersihkan cakra mahkota. Cakra mahkota adalah cakra yang paling penting dalam spiritualitas. Cakra mahkota merupakan pintu masuk bagi energi spiritual. Saat cakra ini dibersihkan, biasa dirasakan tekanan-tekanan ringan di puncak kepala (mahkota). Apabila cakra mahkota mulai membuka, akan dirasakan hawa panas-dingin, atau perasaan meleleh pada cakra mahkota.

Gambaran proses pembersihan ini hanyalah garis benar saja. Urutan dan uraian yang diberikan tidak harus sama pada setiap orang. Tenaga Kundalini tidak selalu bekerja sesuai urutan di atas. Cukup banyak kasus di mana tenaga Kundalini membersihkan beberapa cakra sekaligus, karena pada cakra-cakra di bagian bawah telah terbuka jalur yang cukup bagi tenaga Kundalini untuk melewatinya.


6. Kekuatan Psikis-Pewaskitaan

Uraian di atas adalah gambaran bagi orang-orang yang Kundalininya bangkit secara menyeluruh. Pada sebagian orang yang memang tidak mengetahui dan melatih Kundalini, tenaga Kundalini mungkin bangkit secara spontan dan membersihkan cakra tertentu saja, yang biasa juga disebut dengan kebangkitan sebagian. Walaupun hanya sebagian, pembersihan oleh Kundalini pada sebuah cakra tertentu saja dapat mengeluarkan kemampuan psikis dari cakra tersebut. Karena itu, beberapa paranormal mempunyai kekuatan psikis tanpa melatih Kundalini sama sekali.

Untuk orang yang Kundalininya bangkit secara menyeluruh, kekuatan psikis biasanya muncul dan menghilang secara tiba-tiba pada tahap awal. Saat tenaga Kundalini membersihkan sebuah cakra, kekuatan psikis dari cakra akan muncul. Akan tetapi, pembersihan dalam tahap ini barulah pembersihan awal. Ketika kotoran dari bagian tubuh yang lebih rendah terdorong ke atas, cakra yang telah agak bersih tersebut dapat menjadi kotor kembali. Dengan demikian kekuatan psikis dari cakra ini menghilang untuk sementara. Setelah cakra ini menjadi bersih kembali, kekuatan psikis pun akan muncul kembali.

Setelah seluruh proses pembersihan dan pemurnian oleh Kundalini selesai, seluruh kekuatan psikis akan timbul secara permanen. Sebelum seluruh proses selesai, dianjurkan untuk tidak mempergunakan kekuatan psikis. Tujuan dari proses pembersihan dan pemurnian Kundalini bukanlah untuk mencari kekuatan psikis. Penggunaan kekuatan psikis akan membelokkan orang yang bersangkutan dari tujuan utama, yaitu untuk mencari penerangan atau pencerahan. Tenaga Kundalini yang dibutuhkan untuk membersihkan sushumna dan seluruh cakra utama hingga cakra mahkota akan dibelokkan ke cakra tertentu untuk kebutuhan kekuatan psikis tersebut. Dengan demikian Kundalini tidak akan dapat membersihkan cakra mahkota secara sempurna. Dari pengalaman penulis, pembaca tidak perlu mengkhawatirkan hal ini sebelum jalur sushumnanya menjadi bersih sekali.

Salah satu kekuatan psikis yang cukup mudah untuk dimiliki adalah pewaskitaan. Dengan mengetahui organ-organ eterik yang berfungsi untuk pewaskitaan dan cara untuk mengaktifkannya, pewaskitaan dapat mulai di-aktifkan dalam beberapa hari saja! Teknik yang dibahas di sini telah dicoba oleh banyak rekan penulis. Seluruh rekan penulis yang mencoba secara serius berhasil untuk mengaktifkan pewaskitaan mereka walaupun kepekaannya berbeda pada setiap orang.

Indera yang berfungsi untuk pewaskitaan dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu kamera dan penerima. Kamera atau pintu masuknya penglihatan adalah cakra mata ketiga sampai dengan cakra mata ketujuh (lihat Gambar 10).


Jadi, di samping dua mata fisik, manusia mempunyai lima mata lagi yang berfungsi pada tingkat eterik. Gambaran-gambaran yang masuk diterima oleh kelenjar pineal untuk disampaikan ke otak (Gambar 11).

Masing-masing mata eterik ini mempunyai fungsi yang berbeda. Mata ketiga berfungsi untuk melihat energi yang lebih kasar, seperti hantu. Mata kelima yang sama juga
Mata ketujuh
Mata keenam
Mata kelima
Mata keempat
Mata ketiga

dengan cakra dahi berfungsi untuk melihat energi yang lebih halus, seperti tubuh astral, cakra, aura, dan sebagainya. Mata ketujuh yang terletak sekitar 2,5 cm di atas garis rambut berfungsi untuk melihat energi yang amat halus.

Sedangkan mata keempat dan keenam anda berfungsi untuk pengertian terhadap ketinggian, warna, dan jarak.

Untuk mengaktifkan sebuah mata eterik, cakra yang bersangkutan harus terbuka. Jaringan pelindung yang terletak di belakang cakra juga harus dapat dibuka (Gambar 15). Jaringan pelindung ini berfungsi seperti sebuah shutter pada kamera. Pembukaan jaringan pelindung yang amat halus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena mudah robek dan rusak. Apabila jaringan pelindung ini robek, mata eterik akan aktif secara terns menerus. Padahal, seharusnya mata eterik dapat diaktifkan atau diistirahatkan sesuai keinginan. Jaringan pelindung orang-orang yang mengkonsumsi obat-obat terlarang sering robek, sehingga mereka sering melihat hal-hal yang tidak diinginkan.

Selain cakra-cakra mata eterik, kelenjar pineal adalah alat penting dalam pewaskitaan. Kelenjar pineal itulah yang menyampaikan seluruh informasi yang diterima ke otak. Tanpa aktifnya kelenjar pineal, pewaskitaan tidak dapat dimiliki. Organ penting lain adalah kelenjar pituitary yang mempunyai kemampuan untuk memanjang dan memendek, sehingga berfungsi sebagai alat zoom.

Ada bermacam-macam teknik yang dapat dipergunakan untuk membuka cakra dan jaringan pelindung, antara lain teknik secara fisik, mantera, penggunaan alat bantu, penggunaan kristal, dan sebagainya. Salah satu teknik yang ter-mudah adalah dengan menggunakan kristal kuarsa bening atau kecubung yang diprogram untuk bekerja secara terns-menerus dalam membuka cakra dan melenturkan jaringan pelindung (lihat Bab VIII—Penggunaan Kristal). Tetapi, menggunakan kristal saja tidak cukup untuk memperoleh pewaskitaan. Tambahan pembersihan dan pengaktifan cakra dengan tangan secara manual juga dibutuhkan dua kali sehari.

Untuk membuka jaringan pelindung, dibutuhkan latihan dengan memfokuskan penglihatan pada energi eterik selama 5-10 menit beberapa kali sehari. Latihan ini akan melenturkan jaringan pelindung sehingga apabila fokus diarahkan pada energi eterik, jaringan pelindung akan membuka secara otomatis.

Cara yang termudah adalah dengan melihat energi eterik pada telapak tangan sendiri. Dengan memusatkan perhatian pada jari-jari, tutup dan bukalah mata setiap 3-10 detik. Mata dibuka dan ditutup untuk merangsang mata-mata eterik. Berusahalah untuk melihat saat kedua mata ditutup. Mulanya yang terlihat hanyalah garis-garis terang seperti melihat hasil x-ray. Pemusatan perhatian pada salah satu ujung jari akan memberikan gambaran yang lebih jelas atas warna-warna pada ujung jari yang bersangkutan. Usahakanlah untuk melihat warna yang ada dan ketebalannya masing-masing. Beberapa orang dapat melakukannya dalam percobaan pertama. Yang lain, membutuhkan beberapa hari sebelum mulai mampu melihat energi eterik di sekeliling telapak tangannya sendiri.

Dalam melakukan latihan ini, harus diingat untuk tidak memaksakan konsentrasi atau keinginan dalam mencoba melihat. Berusahalah untuk memusatkan perhatian dan tidak untuk berkonsentrasi. Pemusatan perhatian dan konsentrasi adalah hal yang berbeda.

Di saat awal, penglihatan yang dimiliki masih minim. Gambaran yang dilihat antara ada dan tidak. Gambaran yang terlihat mungkin sama dengan gambaran yang diperoleh saat membayangkan sebuah adegan film yang pernah ditonton seminggu yang lalu. Dalam hal ini, keyakinan amatlah penting. Dengan merasa yakin dan melakukan latihan-latihan di atas lebih sering, penglihatan yang dimiliki akan lebih jelas dari waktu ke waktu. Ingatlah bahwa dalam belajar berjalan pun seorang bayi pertama tama harus belajar membalikkan tubuh, merangkak, dan sebagainya. Sudah tentu mempelajari pewaskitaan akan membutuhkan waktu dan latihan.

Setelah beberapa hari, setiap melihat ke jari-jari tangan, aura jari tangan dapat terlihat dengan mudah. Be-berapa orang lebih mudah melihat dengan mata tertutup, sementara yang lain melakukannya dengan mata terbuka. Jari-jari terlihat seperti melihat hasil rontgen. Pemusatan perhatian pada satu bidang yang lebih kecil akan memberikan pembesaran yang lebih jelas akan warna-warna dan tebalnya masing-masing lapisan. Jadi, dalam pewaskitaan, penglihatan dapat di-"zoom" maju ataupun mundur dengan mudah. Dengan meningkatnya kemampuan, bagian tubuh yang dilihat dalam "zoom" normal yang semula terlihat sebagai hasil rontgen akan berubah menjadi seperti negatif sebuah foto berwarna.

Kemampuan pewaskitaan sebenarnya amat luas, yaitu dari melihat hantu, aura, organ tubuh, tulang, penyakit di dalam tubuh, seseorang yang berada di tempat jauh, maupun ke masa yang lalu. Tetapi, harus diingat bahwa penggunaan tenaga Kundalini untuk kebutuhan ini akan membelokkan arah dari tenaga Kundalini ke cakra mata ketiga. Dengan demikian tenaga Kundalini tidak mengarah ke cakra mahkota lagi.

SEJARAH MAJAPAHIT


                                                            KERAJAAN MAJAPAHIT




Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama[6] dalam bahasa Jawa Kuno.[7] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme) oleh UNESCO.[8] Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[9] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[9]
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.[10] Namun, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.[5] Tahun 2010 sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki membiayai pembuatan kapal Majapahit atau Spirit of Majapahit yang akan berlayar ke Asia. Menurut Takajo, hal ini dilakukan untuk mengenang kerjasama Majapahit dan Kerajaan Jepang melawan Kerajaan China (Mongol) dalam perang di Samudera Pasifik.[11] Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni.[12] Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina, Singapura, Malaysia dan Selatan Thailand.[13]

Sejarah

Berdirinya Majapahit

Arca Harihara (paduan Siwa dan Wisnu) perwujudan Kertarajasa dari Candi Simping, Blitar, kini koleksi Museum Nasional.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[14] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[14][15] Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.[16] Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati.[16] Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[17][18] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.[19] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[18] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Perkembangan Kemaharajaan Majapahit, bermula di Trowulan, Majapahit, Jawa Timur, pada abad ke-13, kemudian mengembangkan pengaruhnya atas kepulauan Nusantara, hingga surut dan runtuh pada awal abad ke-16.
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina.[20] Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Namun, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja.[21] Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[2][21]
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya.[22] Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[23] Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya.[24] Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[25]
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.[2]
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

Jatuhnya Majapahit

Bidadari Majapahit, arca emas apsara gaya Majapahit menggambarkan zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" Nusantara.
Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.[26]
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.[9]
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara.[27] Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi, Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dengan memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu dan Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan[28]) hingga tahun 1518.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.[29] Raden Patah yang saat itu adalah adipati Demak sebetulnya berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan Ngudung, tetapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.
Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [29] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda ketika Patih Udara melakukan kudeta ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk kembali ketika Prabu Udara meminta bantuan Portugis. Sehingga pada tahun 1518, Demak melakukan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit[30] dan ke Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.[31] Demak di bawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.[29]
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.

Kebudayaan

Bendera Majapahit
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan.
"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[32]
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.[2]
Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya.[33] Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah candi bentar, gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali.
".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
— Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[34]
Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.[21] Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[35] Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.[36]
Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[32] Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.
Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga.[37] Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata.[38]
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[32]
Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.[39]

Struktur pemerintahan

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya.[40] Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
  • Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Kawasan inti Majapahit dan provinsinya (Mancanagara) di kawasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, termasuk pulau Madura dan Bali.
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari,[18] terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
  1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  3. Watek: dikelola oleh wiyasa,
  4. Kuwu: dikelola oleh lurah,
  5. Wanua: dikelola oleh thani,
  6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
No Provinsi Gelar Penguasa Hubungan dengan Raja
1 Kahuripan (atau Janggala, sekarang Sidoarjo) Bhre Kahuripan Tribhuwanatunggadewi ibu suri
2 Daha (bekas ibukota dari Kediri) Bhre Daha Rajadewi Maharajasa bibi sekaligus ibu mertua
3 Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari) Bhre Tumapel Kertawardhana ayah
4 Wengker (sekarang Ponorogo) Bhre Wengker Wijayarajasa paman sekaligus ayah mertua
5 Matahun (sekarang Bojonegoro) Bhre Matahun Rajasawardhana suami dari Putri Lasem, sepupu raja
6 Wirabhumi (Blambangan) Bhre Wirabhumi Bhre Wirabhumi1 anak
7 Paguhan Bhre Paguhan Singhawardhana saudara laki-laki ipar
8 Kabalan Bhre Kabalan Kusumawardhani2 anak perempuan
9 Pawanuan Bhre Pawanuan Surawardhani keponakan perempuan
10 Lasem (kota pesisir di Jawa Tengah) Bhre Lasem Rajasaduhita Indudewi sepupu
11 Pajang (sekarang Surakarta) Bhre Pajang Rajasaduhita Iswari saudara perempuan
12 Mataram (sekarang Yogyakarta) Bhre Mataram Wikramawardhana2 keponakan laki - laki
Catatan:
1 Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.
2 Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta.
Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanattunggadewi, ratu Majapahit ibunda Hayam Wuruk.
Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[41] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
  • Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.
  • Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
  • Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.
Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:
  • Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam).[42] Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.[43] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.


Raja-raja Majapahit

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.[44]
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok[9].
Nama Raja Gelar Tahun
Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 - 1309
Kalagamet Sri Jayanagara 1309 - 1328
Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 - 1350
Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 - 1389
Wikramawardhana
1389 - 1429
Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 - 1447
Kertawijaya Brawijaya I 1447 - 1451
Rajasawardhana Brawijaya II 1451 - 1453
Purwawisesa atau Girishawardhana Brawijaya III 1456 - 1466
Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa Brawijaya IV 1466 - 1468
Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 - 1478
Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 - 1498
Patih Udara
1498 - 1518

Warisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[33]
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.[21] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[45] Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[46] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Angkatan Laut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur (Museum of Asian Art, San Francisco)
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini. Meskipun bata merah sudah digunakan jauh lebih awal, para arsitek Majapahitlah yang menyempurnakan teknik pembuatan struktur bangunan bata ini.
Beberapa elemen arsitektur kompleks bangunan di Jawa dan Bali diketahui berasal dari masa Majapahit. Misalnya gerbang terbelah candi bentar yang kini cenderung dikaitkan dengan arsitektur Bali, sesungguhnya merupakan pengaruh Majapahit, sebagaimana ditemukan pada Candi Wringin Lawang, salah satu candi bentar tertua di Indonesia. Demikian pula dengan gapura paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berlandaskan struktur bata. Pengaruh citarasa estetika dan gaya bangunan Majapahit dapat dilihat pada kompleks Keraton Kasepuhan di Cirebon, Masjid Menara Kudus di Jawa Tengah, dan Pura Maospait di Bali. Tata letak kompleks bangunan berupa halaman-halaman berpagar bata yang dihubungkan dengan gerbang dan ditengahnya terdapat pendopo, merupakan warisan arsitektur Majapahit yang dapat ditemukan dalam tata letak beberapa kompleks keraton di Jawa serta kompleks puri (istana) dan pura di Bali.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Meriam Cetbang Majapahit
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak dan meriam kapal sederhana yang disebut Cetbang. Saat ini salah satu koleksi Cetbang Majapahit tersebut berada di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika.
Kapal lancaran dari Madura. Terlihat 3 meriam di haluan dan 2 di samping buritan.
Cetbang dipasang sebagai meriam tetap atau meriam putar, cetbang ukuran kecil dapat dengan mudah dipasang di kapal kecil yang disebut Penjajap (Portugis: Pangajaua atau Pangajava) dan juga Lancaran. Meriam ini dipergunakan sebagai senjata anti personil, bukan anti kapal. Pada zaman ini, bahkan sampai abad ke 17, prajurit angkatan laut Nusantara bertempur di panggung yang biasa disebut Balai (lihat gambar kapal). Menurut Anthony Reid, jika ditembakan pada kumpulan prajurit dengan peluru scattershot, meriam seperti ini pasti sangat efektif.[47]

Kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.